Sabtu, 01 Juni 2013

belajar menerima :)

  dengan mudah dan entengnya dia bilang " sudah lupakan dia, kamu tidak akan pernah bertemu dengan dia, kamu bukan siapa siapa dia ", berat hati ini saat mendengar perkataan dari ibu.  sebegitu bencinyakah ibu dengan ayah?, pertayaan itu yang terlintas dalam benakku seketika.
  aku berjalan dengan santainya menuju kamar yang kecil dan merobohkan tubuhku keatas kasur yang lumayan empuk.  pikiran ku melayang ntah kemana, perkataan ibu selalu terlintas dalam benakku, apa aku tak pantas merindukan ayah, tapi apa salah jika aku ingin bertemu ayah walau hanya sebentar saja.
   " zahra, ibu tau kamu sangat ingin bertemu dengan ayahmu, sekarang ibu akan cerita semua tentang ayahmu, kenapa dia tidak berkumpul bersama kita, karena ibu pikir kamu sudah dewasa dan harus tau semuanya ", dengan raut wajah yang menurutku tak pernah ia tujukkan padaku. dengan suara datar aku menjawab perkataan ibu " ia bu, aku akan mendengar semua apa kata ibu tentang ayah ", dalam hati aku mencoba tegar. " ayahmu itu tidak ada bukan berati dia meninggal, tapi dia pergi, dia pergi bukan beati cerai dengan ibu, dia tidak berani datang kerumah menemui mbahmu untuk meminta ibu menjadi istrinya, kami saling menyayangi maka muncullah kamu " tiba tiba ibu berhenti menceritakan semuanya, air matanya mulai berlinang dipipi, aku tak sanggup melihat ibu seperti ini dan aku mencoba menenangkannya, " ibu, sudahlah jangan engkau teruskan lagi ceritamu itu jika itu membuatmu bersedih, maaf kan aku ibu sudah membuatmu seperti ini karena pertanyaan dan keegoisannku ", " tidak nak, kamu berhak tau ini semua, karena ibu tidak mau kalau suatu saat kamu mengetahuinya dari orang lain. lebih baik sekarang nak "," sudah bu lain kali saja diteruskan, sekarang ibu istirahat ya, sudah malam ", kuantarkan ibu kekamarnya untuk istirahat.
    pagi ini terasa sejuk, semua yang membuat beban semalam terasa hilang saat mendengar kicauan burung burung yang saling bersaut sautan, sejenak aku akan melupakan cerita semalam.  ku lihat ibu sudah asik dengan kebunya, tiba tiba mataku melirik kesebuah meja yang beris segelaas teh hangat dan pisang goreng kesukaan ku, tanpa disuruh aku langsung menyatapnya.
   kehidupan memang begitu ganas dan tak ada ujungnya.  siapa yang kuat dia yang bertahan, seperti itulah pepatah.  aku dan ibuku akan selalu bertahan dalam kehidupa ini.  cemoohan yang datag menghampiri keluarga kami, ibu hanya berdo'a untuk mereka.  aku memang mencoba untuk tegar dalam menghadapi ini semua, aku tak mau ibu tau kalau sesungguhnya aku sangat sedih dan tak kuat untuk menghadapinya.  allahlah yang dapat menguatkan ku.
  aku memutuskan dengan kehidupanku yang saat ini, besar tanpa seorang ayah, sesosok yang sangat berwibawa menurutku, aku belajar menerima dan iklas untuk menjalani semua, karena aku yakin dan percaya bahwa allah selalu ada buat hambanya yang lemah dan banyak dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar